Demikian disampaikan Prof. Dr Abdurrohman Yusuf al Jamal, Mudir Dar Al Qur’an Al Karim Wa Sonnah Gaza, Palestina di hadapan ribuan jamaah masjid Pusdai Jabar, Jum’at (13/1).
Menurut Abdurrohman, kunci dalam membebaskan Palestina dan Masjid Al Aqsha adalah berpegang teguh pada Al Quran dan As Sunnah tanpa ada sedikit keraguan. Karena, masjid dan bumi Allah tersebut suci dan hanya orang yang mensucikan dirilah yang akan mampu merebut dari tangan Zionis Israel.
“Salah satu ciri orang yang senantiasa mensucikan diri adalah mereka sangat akrab dengan Al Quran siang dan malam,” sambungnya. Untuk itulah lembaga yang dipimpinnya senantiasa melahirkan ribuan hafidz Al Quran setiap bulannya. Yang luar biasa, mereka mampu hafidz 30 juz hanya dalam tempo dua hingga tiga bulan saja.
Abdurrohman sendiri ke Indonesia selain menggalang dukungan bagi perjuangan rakyat Palestina, juga untuk penjajakan kerja sama serta mengembangkan metodenya tersebut ke beberapa pesantren tahfidz Al Quran.
“Kita sedang mencoba metode ini kepada para santri di pesantren Al Fatah Lampung. Saat ini kita tengah menyelenggarakan daurah Al Quran selama tiga bulan,” ujar KH Yahsyallah Mansyur, Pimpinan Pesantren Al Fatah yang ikut mendampingi Abdurrohman.
Secara khusus Abdurrohman juga menyampaikan terima kasih kepada pemerintah, khususnya umat Islam Indonesia atas perhatian dan dukungannya terhadap perjuangan rakyat Palestina selama ini. Dirinya juga menyampaikan bahwa persoalan masjid Al Aqsha bukan hanya tanggung jawab kaum muslim di Palestina saja, namun menjadi kewajiban seluruh muslim di dunia, termasuk yang ada di Indonesia.
Rencananya dalam beberapa hari ke depan Abdurrohman yang didampingi istrinya yang juga hafidzah, akan mengunjungi beberapa kota besar di Indonesia guna menjelaskan dan menginformasikan kondisi rakyat Palestina terkini.
“Salah satu wujud nyata dukungan kaum muslimin di sini adalah telah berdirinya rumah sakit Indonesia di Gaza. Salam perjuangan dari saudara-saudara antum di Gaza,” ujar Abduroohman yang juga anggota Lembaga Legislatif Palestina menutup tausyiyahnya.*